Sabtu, 14 Mei 2011

UPACARA PANGGIH


Upacara panggih dalam perkaiwanan adat jawa menjadi puncak dari rangkaian upacara adat yang mendahuluinya. Upacara ini dalam arti luas meliputi upacara.
- penyerahan sanggan
keluarnya pengantin wanita yang didahului kembar mayang.
- balang balangan suruh.
- wijikan dan memecah telur
- masak menuju perkawinan
- tampa kaya
- dahar klimah
- penjemputan besan dan sungkeman
Upacara panggih yang bernafaskan adat ini biasanya dikaitkan dengan acara andrawina, atau pesta resepsi.


1. Perlengkapan upacara panggih.
Sebagaimana upacara adat lainnya, untuk upacara ini dibutuhkan beberapa perlengkapan yang mempunyai makna simbolis. Perlengkapan tersebut adalah :
a.
Untuk upacara balang-balang suruh yang dilanjutkan dengan wijikan dan memecah telur :
1. tuju lintingan daun sirih yang diikat dengan benang.
2. sepasang kembar mayang.
3. sanggan yang terdiri dari pisang raja satu tangkup, benang lawe, dan sirih ayu yang disusun dalam baki atau tembor
4. ranu pada, yaitu sejenis nampan untuk upacara wijikan.
5. bokor air sritaman yaitu bokor yang diisi air dan ditaburi bunga sritaman
6. telur ayam kampung yang dimasukkan ke dalam bokor tersebut.




b.
Untuk upacara tampa kaya
1) kain mori putih: 25 cm x 25 cm
2) kaya, yang terdiri dari aneka biji-bijian, antara lain: biji jagung, kedelai, gabah padi yang masih berkulit, beras, dll;uang recehan dari logam dari yang paling kecil sampai yang paling besar, berjumlah genap; dlingo bengle dan bunga telon. 
c.
Untuk upacara dhahar klimah:
1) piring kosong dan serbet
2) nasi kuning dengan lauk : hati ayam, pindang asap, telur dadar, kedelai, dan uler- uleran
3) minuman teh

Selain perlengkapan adat seperti diatas, orang tua pengantin hendaknya mengenakan busana mataraman, atau busana adat Yogyakarta. Kain yang dikenakan motif truntum, yang mempunyai makna agar rejekinya terus mengalir. Selain itu, juga dikenakan sindur, yaitu kain mori yang diberi warna merah muda dengan pinggiran putih digunakan untuk ikat pinggang, dsb. Sindur menjadi tanda bahwa orang yang mengenakannya adalah orang yang mempunyai hajatan. Untuk ibu pengantin, sindur dipakai diluar stagen seperti memakai angkin, sedangkan untuk ayah pengantin, sindur dipakai di luar baju.


2. Pelaksanaan Upacara Panggih
Langkah-langkah upacara panggih adat Yogyakarta sebagai berikut.
1)
Pengantin pria yang didampingi penganthi (pendamping) pria dan diikuti oleh para pengombyong atau pengiring sampai di tempat upacara. Kedatangan pengantin pria ini disambut dengan gending bindri. Formasi iring- iringannya demikian: pembawa sanggan berada paling depan diikuti oleh pengantin pria yang didampingi oleh dua pendamping pria, kemudian para pengiring.

2)
Rombongan pengantin pria berhenti pada tempat yang ditentukan biasanya didepan tarub, hiasan janur pada pintu gerbang tempat resepsi. Pembawa sanggan yang terdiri dari dua orang ibu didampingi seorang ibu pembawa sanggan, langsung masuk kedalam. Sanggan diserahkan kepada ibu pengantin wanita yang telah siap di tempat yang ditentukan. Penyerahan sanggan ini mengandung maksud memberi tahu bahwa pengantin pria sudah datang, dan memohon agar pengantin wanita dibawa keluar untuk segera diadakan upacara panggih. 

3)
Setelah sanggan diterima pengantin wanita dibawa keluar dengan didahului keluarnya sepasang kembar mayang yang dibawa oleh dua orang ibu. Keluarnya pengantin pria ini diiringi dengan gendhing ladrang pengantin. Kemudian kembar mayang dibawa keluar melewati sisi kanan dan kiri pengantin pria, dan langsung dibuang dijalan simpang empat. Formasi iring-iringan pengantin wanita sebagai berikut: pembawa kembar mayang berada paling depan. Kemudian, dibelakangnya diikuti oleh sepasang patah. Selanjutnya, pengantin wanita yang didampingi oleh penganthi putri Terakhir domas, yang berfungsi sebagai pengiring pengantin, menempati urutan dibelakang pengantin.

4)
Setelah kedua pengantin sampai didepan tarup, tanpa perlu diberi aba-aba langsung dilaksanakan upacara balang-balangan suruh. Caranya : pengantin pria dan pengantin wanita saling melempar dengan tangan kanan dan kiri. Pengantin pria melempar empat kali, sedangkan pengantin wanita hanya tiga kali.

5)
Selanjutnya pengantin pria dan wanita mendekat pada ranu pada untuk memulai upacara wijikan. Caranya kedua alas kaki pengantin pria dilepas, kemudian kedua kaki di masukkan kedalam ranu pada. Pengantin wanita berjongkok didepan pengantin pria dan membasuh kedua kakinya sekurang-kurangya sampai 3 kali guyuran, kemudian pengantin wanita memberihkannya. Selanjutnya, pengantin pria kembali mengenakan alas kaki.

6)
Upacara wijikan dilanjutkan dengan upacara memecah telur. Kedua pengantin berdiri saling berhadapan juru paes mengambil telur dari bokor air sritaman.Telur tadi disentuhkan pada dahi pengantin pria kemudian pada dahi pengantin wanita, seterusnya dibanting di ranu pada. Sampai disini upacara balang-balangan suruh, wijikan, dan memecah telur selesai. Ketiganya menggunakan tempat yang sama yaitu didepan tarub.

7)
Kedua mempelai berdiri berdampingan dengan kelingking tangan kiri pegantin pria dikaitkan dengan kelingking tangan kanan pengantin wanita. Dalam posisi kelingking terkait, kedua pengantin berjalan menuju pelaminan atau singgasana pengantin disini orangtua pengantin wanita sudah siap menunggu. Urutannya : patah berada paling depan. Dibelakangnya pengantin berdua yang didampingi pendamping putri yang mengambil posisi pada sisi kanan dan kiri mempelai di belakangnya lagi baru para pengiring pengantin wanita dan pria.

8.
Setelah kedua mempelai duduk disinggasana pengantin, upacara tampa kaya dimulai. Sebaiknya pelaksanaan upacara ini menunggu habisnya gending boyong atau puspo warno. Jalannya upacara tampa kaya : pengantin wanita mengambil kain mori yang sudah di siapkan dan membukanya diatas pangkuan. Pengantin putra berdiri dan mengambil kaya kemudian menuangkannya sedikit demi sedikit termasuk kain pembungkus kaya. Kedalam mori di pangkuan pengantin wanita harus diusahakan jangan sampai ada kaya yang jatuh konon bila ada yang jatuh menandakan bahwa ekonomi rumah tangga mereka akan boros. Setelah selesai, pengantin wanita mengikat kain mori yang sudah berisi kaya tersebut dan menitipkannya kepada ibunya.

9)
Upacara dahar klimah yang dilaksanakan sebagai berikut. Juru paes menyerahkan nasi kuning kepada pengantin pria dan piring kosong kepada pengantin wanita. Sesudah mencuci tangan, pengantin pria mengambil nasi kuning tersebut dengan cara dikepal sebanyak tiga kali, tiap kali ditaruh dipiring kosong yang dipegang pengantin wanita. Selanjutnya kedua pengantin wijik atau cuci tangan. Pengantin wanita kemudian memakan nasi kepalan yang ada dipiringnya. Apa yang diperbuat pengantin pria ? pengantin pria tidak ikut makan tapi hanya diam memperhatikan. Setelah upacara ini selesai, kedua mempelai minum bersama.

10)
Sampai sejauh ini pengantin pria, tampaknya belum terlibat. Memang, menurut adat jawa sampai upacara dahar klimah orang tua pengantin pria belum hadir. Ini termasuk tantangan baru sekarang orangtua pengantin wanita menjemput orangtua pengantin pria atau besan. Penjemputan besan ini dilakukan dipintu gerbang atau tarub. Mereka salng berjabat tangan kemudian masuk ketempat pahargyan. Dalam pahargyan agung yang banyak dihadiri tamu, sebaiknya ibu berjalan berdampingan dengan ibu, dan bapak dengan bapak. Sewaktu akan duduk, orangtua pengantin wanita mengantarkan besan duduk disebelah kiri pengantin wanita, baru orangtua pengantin wanita duduk disebelah kanan pengantin pria.

11)
Upacara berikutnya menunjukkan sikap hormat dan sujud kedua mempelai kepada orangtua mereka-upacara sungkem bagaimanakah upacara sungkem itu? Umumnya sungkem dilakukan sebagai berikut ; Pengantin setelah berlutut atau jongkok didepan orantuanya, menyembah. Kemudian kedua tangan pengantin, menyangga lutut kanan orangtuanya dan mencium lutut tersebut. Kedua tangan orangtua ditumpangkan pada bahu pengantin untuk memberi berkat. Terakhir, pengantin menyembah lagi.


 
Langkah-langkahnya demikian : Petugas mengambil keris pengantin pria kedua pengantin pria berdiri dan menuju ketempat orang tua pengantin wanita duduk pengantin wanita mendahului sungkem kepada orang tuanya, sementara itu pengantin pria berdiri dibelakangnya. Pengantin wanita kemudian bergeser sungkem kepada ibunya. Saat itu, pengantin pria sungkem, pada ayah mertuanya. Berikutnya pengantin pria bergeser sungkem kepada ibu mertuanya sementara pengantin wanita sudah berdiri dibelakang pengantin pria yang sedang sungkem. Setelah selesai, mempelai berdua pindah ketempat orangtua pengantin pria. Disini juga sungkem dengan urut-urutan seperti pada waktu sungkem kepada orangtua pengantin wanita. Setelah semua berlalu keris dipasang lagi dipinjam pengantin pria. Selanjutnya kedua mempelai kembali duduk di pelaminan.
Selama upacara panggih ini paling baik hanya diiringi gending-gending seperti puspo warno atau boyong..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar