Sabtu, 14 Mei 2011

UPACARA MIDODARENI

Pada dasarnya upacara midodareni adalah acara tirakatan atau wungon, yaitu duduk-duduk sambil berbincang-bincang pada malam hari, pada waktu orang punya hajatan. Tirakatan juga mengandung unsur permohonan, doa kepada Tuhan agar pernikahan yang dilaksanakan mendapatkan anugerah-Nya. Tirakatan ini disebut midodareni karena ada kaitannya dengan cerita rakyat Joko Tarub, yang mengisahkan seorang bidadari atau widodari ( Jawa ) bernama Nawang Wulan. Dewi Nawang Wulan yang turun ke


bumi bersama bidadari-bidadari lainnya tidak dapat terbang kembali ke surga, karena pakaiannya disembunyikan oleh Joko Tarub, sewaktu mereka mandi-mandi di suatu telaga. Konon Dewi Nawang Wulan menikah dengan Joko Tarub dan dikaruniai seorang puteri bernama Dewi Nawangsih. Pada suatu saat, karena Joko Tarub melanggar pantangan untuk tidak membuka tutup dandang penanak nasi, Dewi Nawang Wulan terlepas dari ikatan nasibnya dan dapat terbang kembali ke surga.

Dikisahkan pula bahwa Dewi Nawang Wulan akan hadir pada malam sebelum perkawinan putrinya, Dewi Nawangsih. Dewi Nawang Wulan akan memberikan doa restu dan mempercantik wajah Dewi Nawangsih. Itu sebabnya, malam menjelang hari perkawinan disebut malam midodareni yaitu malam kedatangan Dewi Nawang Wulan yang akan merestui dan mempercantik calon pengantin sebagaimana ia lakukan terhadap Dewi Nawangsih.
Pada malam itu, menurut tradisi, calon tidak boleh tidur sebelum pukul dua belas malam, dan tidak boleh keluar dari pedaringan-kamar pengantin.
Dimanakah midodareni ini dilaksanakan? Umumnya upacara ini dilaksanakan di tempat calon pengantin wanita. Seandainya calon pengantin pria sudah tinggal di rumah calon pengantin wanita, maka yang pria tidak boleh bertemu dengan yang wanita, apalagi tinggal bersama di dalam satu kamar.

1. Perlengkapan Upacara Midodareni.
Menurut cerita perlengkapan upacara midodareni adalah perlengkapan yang dipesan oleh Dewi Nawang Wulan kepada Nawangsih untuk menyambut kehadirannya pada malam perkawinaan putrinya itu. Perlengkapan yang dimaksud meliputi:
1)
Sepasang kembar mayang dan sepasang buah kelapa muda yang masih ada sabutnya. Kembar mayang adalah hiasan janur (daun kelapa muda) yang dibuat sepasang.
2)
Sepasang klemuk. Klemuk adalah sejenis gerabah- yang diisi dengan bumbu pawon (dapur), biji-bijian, serta empon-empon, dan ditutup dengan kain motif bangun tulak.
3)
Sepasang kendi yang diisi dengan air bersih. Paruh kendi ditutup dengan daun dhadhap srep yang bertemu ruasnya

4)
Sesajian yang terdiri dari:
- nasi gurih dengan lauk sambel pecel, sambel pencok, recek, dan lalaban
- sepasang ingkung ayam atau ayam yang dimasak secara utuh
- rujak degan ( kelapa muda )
- air kopi dan air teh tanpa gula
- jlupak (pelita) yang diisi dengan sumbu kapas
- roti tawar
- gula jawa satu tangkup.
5)
Kamar pengantin yang dihias dengan :
- mayang jambe
- tujuh macam kain motif letrek
- sirih ayu yang dihias dengan kapur sirih
- ukup, yaitu wangi wangian yang diramu dari serai, irisan pandan, parutan kencur, parutan laos, parutan jeruk purut dan bunga kenanga, yang dicampur jadi satu serta diberi minyak wangi dan ditata diatas baki serta diletakkan dikolong tempat tidur, meja, dsb.

2. Pelaksanaan Upacara Midodareni.
Setelah semua perlengkapan tersedia, jalannya upacara adalah sebagai berikut :
1.
Calon pengantin mengenakan busana dengan kain motif truntum dengan baju kebaya biasa, sanggul ukel tekuk atau ukel konde, dan tidak memakai perhiasan (aksesori).
2.
Calon pengantin tinggal di kamar pengantin yang dihias dan dilengkapi dengan aneka perlengkapan midodareni, termasuk sajen dan kembar mayang. Calon pengantin ditemani oleh para sesepuh. Kesempatan ini merupakan kesempatan baik bagi orang tua-tua untuk memberikan wejangan atau nasihat. Pemingitan ini berlangsung dari sekitar pukul enam sore hingga sekitar pukul dua belas malam.
3.
Diluar kamar pengantin dapat diadakan upacara serah terima calon pengantin pria dari keluarganya kepada keluarga calon pengantin wanita. Dapat pula malam itu dipergunakan untuk memanjatkan doa atau sembahyangan bersama menurut kepercayaan atau agama masing-masing. Sesudahnya, orangtua-tua, para tamu, teman-teman calon pengantin melanjutkan kegiatan dengan jagongan, yaitu duduk-duduk berbincang-bincang bersama sambil bermain kartu, catur, dan sebagainya sebagai salah satu kegiatan agar tetap terjaga sampai pukul dua belas malam.
4.
Pada pukul dua belas malam calon pengantin keluar dari kamar pengantin bersamaan dengan dikeluarkannya sajen-sajen dan makan bersama dengan keluarga serta para tamu yang hadir pada waktu itu. Kembar mayang dan buah kelapa dikeluarkan. Pada saat upacara panggih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar